Seorang bapak tua yang sedang belanja di pasar, karena kebetulan saya juga pedagang sedang berbelanja di pagi itu toko sangat penuh kami pun mengantri entah dariman dan mulai kapan orang orang berbicara yah wajar ini kan pasar janda tawa sangatlah familier, hingga ada pertanyaan yang di luncurkan oleh pemilik toko kepada bapak tersebut,
"Pak ada kemah di lapangan rame ya jualannya?
Bapak itu menjawab, iya tapi sayangnya saya gak boleh jualan di situ sama anak saya, katanya malu."
"Pak ada kemah di lapangan rame ya jualannya?
Bapak itu menjawab, iya tapi sayangnya saya gak boleh jualan di situ sama anak saya, katanya malu."
Bapak ini saya yakin sangat tidak sadar membuka aib keluarga, hingga banyak terlontar kata orang di sekelilingnya anak kok kayak gitu, harusnya bangga dia sekolah SMA juga dari
hasil bapak jualan, baju, motor dan semuanya kan jerih payah orang tua, sedangkan melihat orang tua ussaha bukannya di dukung dan di bantu jualan ataupun promosi ke teman malah malu.
Bapak itu seketika malu dan merah mukanya, saya yang di sebelahnya langsung menenangkan suasana, mungki dia belum mengerti dan belum faham bahasa jawanya "tidak ndolor" bapak yang sabar coba kasih penjelasan yang baik suatu saat dia pasti akan sangat bangga kepada bapak, dia besar dan berpendidikan semua adalah berkat bapak.
Itulah sedikit cerita di pagi ini, maaf tidak saya kasih gambar karena ini di tulis lewat tablet.
Sudah seharusnya ini jadi pelajaran kita sebagai anak, kita tidak akan pernah bisa membalas apa yang telah orang tua berikan tapi kita wajib bangga dengan beliau itu sudah cukup membuat beliau tersenyum saat mata tertutup selamannya.
Sudah seharusnya ini jadi pelajaran kita sebagai anak, kita tidak akan pernah bisa membalas apa yang telah orang tua berikan tapi kita wajib bangga dengan beliau itu sudah cukup membuat beliau tersenyum saat mata tertutup selamannya.